Sabtu, 23 April 2011

pelangiquw di mlm hari

Hening t'berpenghuni.........


Sepi t'da gemuruh angin brhmbus.......

.
Hampa t'da nyata u/dpgang...........


Ingn brhnti nmn hati kecil sllu mmbsikkan smngt bak brbcara lantang klau msh ada scercah cahaya plangi memberikan pijakan u/trus melangkah.........


Seakan trus berkata bngkit,angkat kpla,rngkul sinar pelangiquw u/mmbawamu ke gerbang kbhgiaan.......


pilih jalan warna yg mewakilkan hatimu.......

pilih nuansa ketenangan n senyuman di tiap2 warna2quw........

jadikan hatimu damai sedamai indahx bulan saat purnama menjelang........

Jumat, 22 April 2011

teach me more

Dear ALLAH.....

In UR majesty U create differences......

In my arrogance, i question UR wisdom.....

In UR mistery UR create temptation.......

In my inferronity U make me move than i am......and

Dear ALLAH.....

Surrender me in the agony of UR love.....

Surrender me in the irony of UR law......

Lead me to the joy of love redivined.......and

teach me how to love UR more.........

hikayat si pandai besi dan si tetangga cantik

Dalam kitab Syarh ‘Uquudil Lijain fi Huquuq az-
Zawjain karya Syaikh Nawawi Banten,

diungkapkan suatu cerita tentang keteguhan wanita
dalam menjaga kehormatan dirinya. Alkisah, ada
seorang lelaki pandai besi yang kebal api. Dia sering
memasukkan tangan ke dalam api yang menyala-
nyala. Suatu saat, ia dikunjungi seorang lelaki yang
penasaran dengan keistimewaan dirinya tersebut.
Sang tamu pun menyaksikan dengan mata
kepalanya sendirinya keistimewaan sang pandai
besi.
Sang tamu tergelitik untuk mengetahui, apa yang
dilakukan sang pandai besi sehingga memiliki
keistimewaan kebal api tersebut. Seusai sang
pandai menyelesaikan pekerjaannya, sang tamu
pun mengucapkan salam seraya berkata, “Aku
ingin menjadi tamumu malam ini.”
“Silakan. Saya senang sekali dan saya akan
menjamu Anda sebaik mungkin,” ujar sang pandai
besi dengan sukacita.
Kemudian sang tamu diajak pulang ke rumah
tukang besi, lantas dijamu makan sore dan
bermalam di sana. Ia terus mengamati aktivitas
sang tukang besi. Tak ada yang aneh. Sang tukang
besi hanya mengerjakan ibadah salat fardhu saja,
lantas tidur pulas hingga subuh.
“Barangkali tukang besi itu menutup-nutupi
aktivitasnya pada malam ini,” bisik sang tamu
dalam hati.
Karena masih penasaran, sang tamu pun kembali
menginap satu malam. Ternyata tukang besi itu
masih seperti biasanya. Ia tidak menambah
ibadahnya sama sekali kecuali salat fardhu.
“Saudaraku,” ujar sang tamu pada si tukang besi,
“aku telah mendengar, engkau diberi keistimewaan
oleh Allah. Aku pun melihat sendiri keistimewaan
itu. Namun, aku juga tak habis pikir. Tak kulihat
amal ibadah istimewa yang kau lakukan. Kau
hanya melaksanakan salat fardhu saja. Dari mana
kau memperoleh kemuliaan seperti itu ?”
Akhirnya, sang tukang besi pun mengungkapkan
latar belakang keistimewaan kebal api yang ia miliki.
Ia menuturkan, ia pernah mengalami suatu
peristiwa yang aneh dan jarang terjadi. Saat itu, ia
mempunyai tetangga seorang wanita cantik. Terus
terang, ia mengaku jatuh cinta pada wanita cantik
itu. Berkali-kali ia merayu tetangga wanita itu,
namun tidak pernah berhasil menaklukkan hatinya.
Wanita cantik itu ternyata sangat menjaga
kehormatan dirinya.
Waktu terus berlalu hingga tiba musim paceklik.
Orang-orang banyak kehabisan bahan pangan.
Suatu hari, sang tukang besi duduk santai di
rumah. Tiba-tiba ada seorang mengetuk pintu. Ia
pun beranjak untuk membuka pintu. Ternyata
wanita cantik itu berdiri di depan pintu.
“Pak, mohon maaf,” kata wanita itu. “Aku sangat
lapar. Apakah Bapak sudi memberiku makanan
dengan ikhlas karena Allah ?”
“Aku tidak bisa memberimu makanan kecuali jika
engkau mau menyerahkan dirimu padaku.
Tidakkah kau tahu, bagaimana perasaan dalam
hatiku? Apakah kau tidak tahu jika aku sangat
mencintaimu ?”
“Aku memilih mati daripada durhaka kepada Allah,”
jawab sang wanita dengan tegas lantas pulang ke
rumahnya.
Setelah dua hari, wanita itu kembali mendatangi
rumah sang tukang besi untuk meminta bantuan
yang serupa. Tukang besi itu pun menjawab
seperti jawaban sebelumnya. Wanita itu tetap
bersikukuh tidak akan menyerahkan
kehormatannya meski ia diterjang kelaparan.
Akhirnya, wanita itu pulang ke rumahnya dengan
tangan hampa.
Waktu terus berjalan. Rasa lapar yang amat
dahsyat terus menggerogoti kondisi tubuh wanita
cantik itu, hingga ia nyaris meregang ajal.
Akhirnya, dengan memanfaatkan sisa tenaga yang
ada, ia pun kembali mendatangi rumah sang
tukang besi. Ia meminta bantuan seperti hari-hari
sebelumnya.
Mengetahui sang wanita semakin terdesak oleh
rasa lapar, si tukang besi kembali memanfaatkan
kesempatan. Saat si tukang menyerahkan
makanan, sekonyong-konyong air mata sang
wanita mengucur deras.
“Wahai saudaraku,” ucap sang wanita dengan lirih,
“apakah kau memberiku makanan ini benar-benar
karena Allah?”
“Aku memberikan makanan ini agar kau bersedia
menyerahkan dirimu padaku,” sahut si tukang besi
dengan senyum licik.
Mendengar jawaban itu, wanita cantik itu pun
langsung bangkit dari tempat duduknya. Tak secuil
pun ia menyentuh makanan yang disediakan oleh
si tukang besi. Ia pulang kembali ke rumahnya.
Dua hari kemudian, sang wanita kembali mengetuk
pintu rumah tetangganya, si tukang besi. Lelaki itu
pun membukakan pintu dan melihat sang wanita
berdiri di depan pintu. Rasa lapar telah membuat
suaranya nyaris tak terdengar. Tubuhnya
bergemetar menahan himpitan lapar.
“Saudaraku,” desis sang wanita lirih, “Aku sudah
tidak kuat lagi. Aku sudah tidak bisa menemui
orang lain selain dirimu. Apakah kau mau
memberiku makanan ?”
“Ya, mau. Asal kau juga mau menyerahkan dirimu
padaku,” sergah sang tukang besi.
Sejurus kemudian, wanita itu menundukkan
kepalanya. Lantas ia kembali pulang ke rumahnya
dengan tangan hampa.
Sepulangnya wanita itu, timbul rasa sesal di hati
sang pandai besi. Ia mulai iba dengan kondisi
tubuh wanita yang kian lemah. Namun ia sendiri
sebenarnya tak memiliki simpanan makanan. Ia
lalu beranjak ke dapur guna memasak makanan
untuk tetangga wanitanya itu. Setelah matang,
makanan itu ia serahkan ke sang wanita.
“Sungguh tega diriku,” gumam si tukang besi
dalam hati. “Ia bukanlah wanita terpelajar dan
bukan pula wanita yang alim. Namun, ia
menyadari untuk tidak memakan yang bukan
haknya. Berulang kali ia datang ke rumahku karena
siksaan rasa lapar, namun aku tetap saja tak
berhenti menggoda dirinya.
“Ya, Allah,” sang tukang besi lantas memanjatkan
doa, “aku bertobat kepada-Mu atas perbuatan dosa
yang kulakukan. Selamanya, aku tidak akan
mendekati wanita itu lagi demi tujuan nista.”
Si tukang besi melongok makanan yang ia
serahkan kepada sang wanita. Namun makanan itu
tak jua disentuh oleh sang wanita.
“Makanlah. Tidak usah takut. Makanan ini saya
berikan karena Allah,” tegas sang tukang besi.
Setelah mendengar pengakuan itu, sang wanita
mengangkat kepalanya ke langit seraya berdoa, “Ya
Allah jika benar ucapan lelaki ini, semoga Engkau
mengharamkan api buat dirinya di dunia dan
akhirat. ”
Lelaki itu lantas pergi meninggalkan si wanita yang
sedang menyantap makanan yang ia berikan. Ia
bermaksud memadamkan api di dapur rumahnya.
Saat itulah, tanpa sengaja, ia menginjak bara api.
Anehnya, ia tidak merasa panas sama sekali.
Kulitnya juga tak terbakar sedikit pun.
Lantas ia kembali ke rumah sang wanita dan
menjumpainya dalam keadaan cerah ceria.
“ Bergembiralah, karena Allah mengabulkan
doamu,” ujar sang tukang besi.
Mendengar ucapan itu, seketika si wanita langsung
melemparkan makanan yang hendak ia suap dari
tangannya. Ia bersujud syukur kepada Allah lantas
berdoa, “Ya Allah, Engkau telah berkenan
memperlihatkan kepadaku apa yang menjadi
maksudku pada lelaki itu. Semoga Engkau
berkenan mencabut nyawaku saat ini. ”
Sesaat kemudian, tatkala wanita cantik itu sedang
bersujud, Allah pun mencabut nyawanya.